BI: Kredit Perbankan Tumbuh 10,3 Persen pada Februari 2025
Pajak.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan mencapai 10,3 persen year on year (yoy) pada Februari 2025. Kredit yang tetap tumbuh tinggi ini didorong oleh sisi penawaran dan permintaan, serta menjadi faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit didukung oleh realokasi alat likuid ke kredit dari perbankan, peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK), serta ketersediaan likuiditas yang tetap baik sejalan dengan penguatan Kredit Likuiditas Makroprudensial (KLM).
“Hingga minggu kedua Maret 2025, Bank Indonesia telah memberikan insentif KLM sebesar Rp291,8 triliun,” ujar Perry, dikutip Pajak.com pada Kamis (20/3/2025).
Insentif ini disalurkan kepada berbagai kelompok bank, yakni bank BUMN sebesar Rp125,7 triliun, bank umum swasta nasional (BUSN) Rp132,8 triliun, bank pembangunan daerah (BPD) Rp27,9 triliun, dan kantor cabang bank asing (KCBA) Rp5,4 triliun.
Insentif KLM difokuskan pada sektor-sektor prioritas, antara lain pertanian, real estat, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit juga didukung oleh kinerja penjualan korporasi yang masih mencatatkan pertumbuhan positif. Berdasarkan kelompok penggunaan, kredit investasi tumbuh 14,62 persen yoy, kredit modal kerja 7,66 persen yoy, dan kredit konsumsi 10,31 persen yoy.
Sementara itu, pembiayaan syariah juga menunjukkan pertumbuhan sebesar 9,15 persen yoy, sementara kredit UMKM tumbuh 2,51 persen yoy.
Ke depan, BI akan terus mendorong pertumbuhan kredit melalui kebijakan makroprudensial yang akomodatif. Salah satu langkah yang diambil adalah meningkatkan porsi KLM dari sebelumnya maksimal 4 persen menjadi 5 persen dari DPK, yang akan berlaku mulai 1 April 2025.
“Peningkatan KLM sebesar 1 persen ini akan semakin mendorong penyaluran kredit perbankan ke sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah,” tambah Perry.
Selain itu, ketahanan perbankan tetap kuat dalam menopang stabilitas sistem keuangan nasional. Likuiditas perbankan tetap memadai dengan rasio Alat Likuid terhadap DPK (AL/DPK) pada Februari 2025 yang tinggi, yakni 26,32 persen.
Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan juga tetap tinggi, mencapai 27,01 persen pada Januari 2025. Kualitas kredit masih terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) perbankan yang rendah, yakni 2,18 persen (bruto) dan 0,79 persen (neto).
Secara keseluruhan, ketahanan sektor perbankan tetap solid dalam menghadapi berbagai risiko ekonomi. Hasil stress-test yang dilakukan BI menunjukkan kondisi perbankan yang tetap sehat, didukung oleh stabilitas kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi.
“Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko yang dapat mengganggu ketahanan perbankan dan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan,” pungkas Perry.
Comments