Menu
in ,

Realisasi Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Tumbuh 4,9 Persen Capai Rp 231,7 Triliun per Oktober 2024

Realisasi Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Tumbuh

FOTO: IST

Realisasi Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Tumbuh 4,9 Persen Capai Rp 231,7 Triliun per Oktober 2024

Pajak.com, Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan bahwa realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai tumbuh 4,9 persen secara year on year (yoy) mencapai Rp 231,7 triliun per Oktober 2024. Tren positif ini didorong oleh pertumbuhan seluruh jenis penerimaan.

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Anggito Abimanyu menjelaskan bahwa realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai tersebut setara dengan 72,2 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.

“Penerimaan Bea dan Cukai per Oktober 2024 tercatat Rp 231,7 triliun atau 72,2 persen dari target APBN,” jelas Anggito dalam konferensi pers APBN Kita pada Jumat (8/11).

Anggito menjelaskan bahwa penerimaan kepabeanan dan cukai masih rutin tumbuh per bulan, yang artinya daya beli masyarakat masih tercatat cukup kuat. “Jadi pertumbuhannya 4,9 persen masih sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, dan ke depannya mudah-mudahan akan terus tumbuh,” jelasnya.

Dalam paparannya, Anggito menjelaskan bahwa seluruh komponen penerimaan kepabeanan dan cukai juga terpantau mengalami pertumbuhan.

Lebih rinci, Anggito menjelaskan bahwa penerimaan bea masuk hingga Oktober 2024 tercatat sebesar Rp 43,2 triliun atau setara dengan 75,2 persen dari target APBN tahun 2024. Nilai tersebut tumbuh sebesar 4,2 persen yoy. Penerimaan bea masuk per Oktober 2024 dipengaruhi oleh kenaikan nilai impor sebesar 5,5 persen yoy, dan penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah.

Kemudian, realisasi penerimaan dari bea keluar (BK) tercatat sebesar Rp 14,2 triliun. Nilai ini tumbuh 46,8 persen yoy atau sekitar 80,9 persen dari target APBN 2024. Adapun capaian ini dipengaruhi oleh BK tembaga yang tumbuh 173,0 persen yoy dengan share dari total BK mencapai 70,0 persen, dampak dari relaksasi ekspor komoditas tembaga. Kemudian, BK produk sawit turun 30,6 persen yoy, dampak penurunan rata-rata harga sebesar 1,95 persen yoy dan volume ekspor sebesar 16,13 persen yoy.

Selanjutnya, realisasi penerimaan dari cukai tercatat sebesar Rp 174,4 triliun. Nilai tersebut naik 2,7 persen yoy atau setara dengan 70,9 persen dari target APBN 2024. Tren positif tersebut dipengaruhi oleh Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar Rp 167,0 triliun, tumbuh 2,3 persen yoy, dampak kenaikan produksi Gol II dan III. Kemudian, cukai minuman yang mengandung etil alkohol (MMEA) sebesar Rp 7,1 triliun atau tumbuh 13,3 persen yoy didorong oleh kenaikan tarif meskipun produksi dalam negeri maupun impor menurun.

Selain itu, penerimaan dari komoditas cukai etil alkohol (EA) tercatat sebesar Rp 174,4 miliar, atau meningkat sebesar 16,9 persen yoy. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan kenaikan hasil produksi.

Leave a Reply

Exit mobile version