IMF: Ekonomi AS Diproyeksi Tumbuh Lebih Cepat Dibanding Eropa
Pajak.com, Washington – International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan mencatatkan angka yang signifikan pada tahun 2024, jauh melampaui perkiraan awal dan juga pertumbuhan di kawasan Eropa.
Dalam laporan IMF terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan mencapai 2,8 persen pada tahun 2024, sebuah peningkatan dari proyeksi yang dibuat pada Oktober 2023 yang hanya sebesar 1,5 persen. Namun, di tahun berikutnya atau pada 2025 angka tersebut diprediksi akan mengalami sedikit perlambatan menjadi 2,2 persen, seiring dengan moderasi pada sektor konsumsi dan ekspor.
“Tetapi akan melambat menjadi 2,2 persen pada tahun 2025, mencerminkan moderasi dalam konsumsi dan ekspor,” tulis IMF, dikutip pada Senin (28/10).
Namun, kawasan Eropa masih menghadapi tantangan dalam mempertahankan momentum pertumbuhan. Pada tahun 2024, pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa diperkirakan hanya sebesar 0,8 persen, meningkat sedikit dari 0,4 persen pada tahun 2023. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan aktivitas di sektor jasa, dengan proyeksi yang lebih optimistis sebesar 1,2 persen pada tahun 2025.
Tiongkok, yang merupakan salah satu perekonomian terbesar di dunia, menunjukkan ketahanan yang cukup kuat meskipun menghadapi perlambatan. Pada 2023, ekonomi Tiongkok diproyeksikan tumbuh 5,2 persen. Angka ini diperkirakan akan sedikit menurun menjadi 4,8 persen pada 2024 dan 4,5 persen pada 2025. Tren perlambatan ini mencerminkan kondisi ekonomi global yang saat ini masih berada di bawah standar historis, dengan proyeksi pertumbuhan jangka menengah sebesar 3,2 persen per tahun untuk periode 2025-2029.
Selain proyeksi pertumbuhan ekonomi, IMF juga mencatat adanya kemajuan dalam proses disinflasi global. Di negara-negara maju seperti AS dan kawasan Eropa, inflasi mulai mendekati target, terutama karena penurunan harga barang-barang inti. Namun, inflasi pada sektor jasa masih berada di tingkat yang tinggi.
“Disinflasi global terus berlanjut, dengan inflasi di negara-negara maju (AS dan kawasan Eropa) saat ini mendekati target, terbantu oleh disinflasi pada harga barang inti, sementara inflasi jasa tetap tinggi,” jelas IMF.
Dalam konteks ini, pasar tenaga kerja AS menunjukkan tanda-tanda awal pelemahan. Bank sentral AS bahkan telah memulai siklus pelonggaran moneter, yang berdampak pada penurunan imbal hasil jangka panjang meskipun suku bunga masih berada di tingkat tinggi. Kondisi keuangan di AS secara umum tetap longgar, didukung oleh valuasi korporat yang positif, yang turut memperkuat perekonomian AS.
Di sisi lain, kawasan Amerika Latin dan Karibia (LAC) menghadapi penurunan harga komoditas utama sepanjang tahun lalu. Hal ini membantu proses disinflasi, tetapi juga mengurangi dukungan bagi aktivitas ekonomi di kawasan tersebut, yang sebagian besar bergantung pada ekspor komoditas.
Lebih lanjut, IMF melaporkan bahwa ada ekspektasi perlambatan, lingkungan eksternal global tetap secara umum tidak berubah sejak tahun lalu. Ekonomi global tumbuh sebesar 3,3 persen pada tahun 2023 dan diperkirakan akan tumbuh pada tingkat yang serupa pada tahun 2024 dan 2025.
Comments