Pajak.com, Jakarta – Menteri Investasi (Menves)/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia melakukan kunjungan kerja ke Frankfurt (Jerman) untuk memastikan tindaklanjut rencana investasi PT BASF di bidang industri smelter/pemurnian hidrometalurgi nikel dan kobalt. BASF merupakan perusahaan kimia terbesar di dunia asal Jerman.
Rencananya, perusahaan BASF asal jerman ini akan menggandeng Eramet, perusahaan pertambangan asal Prancis, untuk melakukan kerja sama investasi kompleks smelter pengolahan nikel dan kobalt demi keperluan pengembangan kendaraan listrik. Proyek itu mencakup pembangunan pabrik high pressure acid leaching (HPAL) dan base metal refinery (BMR).
“Kami akan dukung penuh rencana investasi BASF ini. Terkait perizinan dan insentif investasi, kami yang akan urus. Kita akan kawal terus sampai beres,” jelas Bahlil dalam keterangan tertulis yang diterima Pajak.com, pada (9/10).
Ia juga meminta agar investasi BASF tidak hanya berhenti pada industri pemurnian nikel, namun hingga produk akhir berupa komponen baterai listrik. Pembangunan pabrik HPAL direncanakan akan dibangun di Halmahera Tengah (Maluku Utara) dengan kapasitas produksi sekitar 42.000 metrik ton nikel/tahun dan sekitar 5.000 metrik ton kobalt/tahun.
Dalam pertemuan itu, anggota Board of Executive Director BASF Markus Kamieth menyampaikan apresiasi atas komitmen kementerian investasi/BKPM dalam memfasilitasi rencana investasi BASF di Indonesia.
Markus berharap, pemerintah Indonesia dapat mendorong kawasan industri independen dalam penyediaan listrik secara proporsional yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT).
Berdasarkan catatan kementerian investasi/BKPM, total realisasi investasi asal negara Jerman secara akumulatif dari tahun 2016 hingga triwulan II-2021 mencapai 1,14 miliar dollar AS. Angka ini menempati posisi ke-16 di antara asal negara investasi lainnya. Adapun total proyek dari realisasi investasi Jerman di Indonesia sebanyak 3.015 dengan menyerap tenaga kerja Indonesia (TKI) sebanyak 35.492 orang.
Comments