Menu
in ,

5 Negosiasi Indonesia atas Penetapan Tarif Trump

Foto: Kemenko Bidang Perekonomian

5 Negosiasi Indonesia atas Penetapan Tarif Trump

Pajak.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan setidaknya lima negosiasi Pemerintah Indonesia atas penetapan tarif resiprokal sebesar 32 persen yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025. Hal itu disampaikan Airlangga saat bertemu dengan Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia H.E Kamala S. Lakhdhir, di Jakarta, pada (8/4).

Ia menyampaikan, Pemerintah Indonesia akan menempuh beberapa kebijakan strategis sebagai upaya negosiasi dalam merespons tarif resiprokal 32 persen, yaitu pertama, deregulasi Non-Tariff Measures (NTMs) melalui relaksasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada sektor information and communication technology (ICT) dari AS, seperti GE, Apple, Oracle, dan Microsoft.

Kedua, melakukan evaluasi terhadap kebijakan larangan dan/atau pembatasan (lartas). Ketiga, mempercepat proses sertifikasi halal. Keempat, mendiskusikan langkah-langkah kebijakan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan barang. Kelima, Pemerintah Indonesia akan menyiapkan insentif fiskal dan non-fiskal untuk mendorong impor produk AS, sekaligus menjaga daya saing produk ekspor Indonesia ke AS, namun dengan tetap mengedepankan kepentingan nasional.

“Kami percaya bahwa dengan mengedepankan dialog dan sinergi yang baik, kedua negara dapat saling bekerja sama untuk hubungan dagang yang seimbang dan saling menguntungkan,” jelas Airlangga dalam keterangan tertulis, dikutip Pajak.com, (10/4).

Pada kesempatan yang berbeda, ia menekankan peran strategis Indonesia dan AS dalam hal perdagangan. Airlangga menyebut beberapa produk ekspor unggulan Indonesia, seperti apparels dan footwear yang berpeluang besar melakukan penetrasi pasar. Pasalnya, Indonesia memiliki tarif lebih rendah dari beberapa negara, seperti Vietnam (46 persen), Bangladesh (37 persen), dan Kamboja (49 persen).

“Indonesia memiliki fleksibilitas yang lebih besar untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dengan AS melalui peningkatan impor barang dari AS. Dengan surplus yang kecil dan ketergantungan yang rendah, Indonesia berada dalam posisi yang lebih aman dan strategis untuk memperkuat kerja sama dagang dengan AS,” ungkap Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi bersama Presiden Republik Indonesia di Menara Mandiri, Jakarta Pusat, pada (8/4).

Leave a Reply

Exit mobile version